The Wall of Winnipeg and Me Review




The Wall of Winnipeg and Me by Mariana Zapata

who's looking for hate to love novel, marriage inconvenient novel, or making love after marriage? Yes. This novel it's your answer or perhaps it's gonna be your favourite tho cause this novel is really really mind blowing. 

Penulis menuliskan kisah cinta Vanessa Mazur and Aiden Graves dengan sangat epic. Buat gue as Indonesian this is perfect. Slow story that makes you digging up more more and more. 

Buat gue juga yang secara pribadi gak terlalu suka one night stand or lust body or what ever you call it, ini pas banget. Gak lebay, gak insta love karena cintanya tumbuh karena terbiasa. 

Vanessa adalah seorang asissten pribadi Aiden Graves. A football star yang hidupnya sangat amat super monotone. Bahkan The Wall of Winnipeg adalah ungkapan khusus buat si Aiden karena saking gitu-gitu aja hidupnya si Aiden ini

Aiden Graves yang digambarkan  a sad kinda boy disini bikin gue jatuh cinta banget. Dia sama sekali gak a party boy, womanizer, or bad boy yang suka "ons" gitu lah. Hidupnya aja only focus on the football football and football. Buat dia football itu segalanya. Mabok-mabokan, benda apa itu Aiden gak kenal!. Pokoknya football or his carrier, lainnya mah lewat aja! Maka dari itu dia meski seorang a football player he never knew about screwing with women. Jatuh cinta di masa kecil aja gak pernah lo dia. Plain banget kan hidupnya. 

Vanessa Mazur juga bukan a bad girl yang party2an gitu. Dia seorang gadis biasa yang butuh duit by the way. Awalnya dese agak2 ceroboh gitu dengan hidup. Masa ya dese punya hutang banyak banget sama negara hanya karena dese mau kuliah di universitas favoritnya dan jauh dari ortunya. But actually sebagai sesama orang yang gak pinter2 amat untuk dapat beasiswa gue juga ngerasain apa yang dialamin Vanessa si. Mau kuliah bagus tapi gak punya otak atau punya duit.

Untungnya dia berani ambil resiko ambil hutang segitu banyak buat kuliah. And kinda  she was so brave for me tho. Coba kalau gue, mana berani ambil hutang yang gak tahu caranya bayar. Bakal kena celaan seumur hidup lah *kok jadi bandingin ke hidup gue si, jangan curhat mbak :p*

Sebagai assisten pribadi si Aiden Graves selama 2 tahun lebih, Vanessa benar-benar merasa muak dengan kelakuan Aiden. Bertahun tahun kerja dengan si Aiden gak pernah sekalipun dapat ucapan terima kasih atau kata minta tolong waktu aiden butuh bantuan. Yang di dapat cuman cemoohan atau "kediaman" aja dong. Gak hanya itu waktu si manager Aiden (gue lupa namanya) nyemooh si Vanessa di depan Vanessa sendiri, Aiden sama sekali lo gak ngebelain. Cuma Diam dong pemirsa. Gue aja yang baca ikut kesel! Book..... waktu Vanessa ngundurin diri juga Aiden cuman diam aja, Halah....ini kenapa si mulutnya di kunci kenapa!!!! 

Akhirnya Vanessa ngundurin diri. Ee... selang beberapa minggu Aiden datangin Vanessa buat nawarin nikah kontrak. As a girl who has a pride ya gak mau lah dese. "Cium pantat saya aja Aiden". Cuman waktu ditawari duit untuk bayar hutang dese jadi pikir2 deh. Karena emang utangnya buanyak banget bahkan Aiden juga bilang sampai matipun susah kamu bayar hutang sebanyak itu. 

Harga diri si harga diri cuman ya realistis aja. Tinggal nikah selama 5 tahun sama Aiden, it wont be hard tho. Lagi pula Vanessa juga udah pernah jadi assistennya. Jadi orang-orang juga gak akan berpikiran macem2. Udah bisa bayar hutang juga nantinya dapat apartmen kalau Aiden benar2 dapat Green Card. Selain itu juga dese bisa save money buat ngejar cita-citanya buka Galleri. Itu lah saran sahabat satu-satunya Vanessa. 

Seiring berjalannya waktu, cinta mereka tumbuh bak pohon yang di siram tiap hari. Tapi keduanya sama2 gak mau ngungkapin. Aiden apalagi yang benar2 clueless soal cinta atau say I love you to a women. Dia ya biasa aja sama Vanessa. Bahkan waktu si Aiden mau pindah training ke Colorodo 2 minggu (atau berapa ya gue lupa) dia gak ngomong sama sekali. Kok ngomong si, ngajak si Vanessa aja kagak. Kan jadi misleading mas Aiden. Huuuuhhh......*Gemes gue*

Anggapan Vanessa cintanya bertepuk sebelah tanganlah karena gak mungkin juga Aiden suka sama wanita biasa macam Vanessa. She's far from a sexy girl, She's just a women who has noting to be proud of while Aiden has everything, money, handsome face, great body, good carrier and anything that make a women scream just to be by his side. 

Hingga akhirnya Aiden benar-benar ngungkapin, yuhu,,,,Tapi gak Aiden dong kalau ngungkapkannya gak pakai kode. Dan waktu Aiden bilang "That's my girl" and Vanessa replies with "I am?" itu benar2 buat gue yang yes yes you are his girl. hahhaa

Itu aja lah singkat ceritnya, Ntar kalau kebanyakan jadi novel dong. hahaha

Menurut gue ini woth it banget kalau buat melepas penat. Penggambaran karakternya yang model2 biasa begini itu pas banget. Bad boy ala Mariana Zapata di novel ini lebih ke realita. Gak semua orang suka party atau gak semua orang juga jadi whore. Dari sisi perempuan ini juga penggambarannya bagus. Gak yang sempurna macam bidadari begitu. Gak yang diakui cantik oleh semua orang, luarbiasa, pintarnya tingkat dewa, dapat beasiswa ini dapat beasiswa itu, bisa kerja ini bisa kerja itu. Emang ada si orang-orang yang sesempurna itu, Tapi kan gak semuanya. Perempuan-perempuan yang hidupnya biasa aja juga punya cerita btw. :)

Ngomong kelebihan si bakal banyak banget dari buku ini. Sisi cerita yang biasa tapi dikemas indah oleh pengarang, karakternya yang bikin kita bisa compare2 dikit dengan kehidupan kita di alam nyata *:p* juga cara nulisnya pengarangnya yang easy reading. Enak gak bikin puyeng tapi lucu jadi gak ngebosenin. Seru banget! 

Cuman,,,,, ada juga kekurangan dari buku ini. Kurang banyak halamannya pemirsa! Epiloguenya kurang sangat kurang. Maunya yang diceritakan happily after nya setelah mereka sama2 confessing their love hahaha. 


You guys can read here to read it online 
https://www.topbooks2019.com/new/7022.html


My favourite part

Maybe that was the thing about love I never understood before Aiden. Like football and art, like anything that anyone in the world has ever wanted, love was a dream. And just like a dream, there were no assurances behind it. It didn’t grow on its own. It didn’t blossom without food to feed it.
It was the greatest in its subtleties.
It was the strongest in its selflessness.
And it could be forever with someone who wasn’t afraid to never give up on the possibilities it presents




Mariana Zapata (@marianazapata_) | Twitter
Vanessa and Aiden




Comments